Seorang pemuda bernama udin slalu menyempatkan waktunya untuk mengumandangkan adzan dimusholla. Keras, lantang suaranya begitu akrab ditelinga. Baik anak kecil, orang tua maupun ibu rumahtangga kenal baik dengannya terlebih-lebih pengurus musholla sering mengangkat ibu jari untuknya.
Seiring waktu berjalan suara itu mulai hilang dimakan kesibukan. tak ada lagi seruan untuk melaksanakan kewajiban dari sang muadzin idaman. Udin kini mulai larut dalam dunia yang semakin hari semakin erat melilitnya. Yang ada hanyalah suara Panggilan dari seorang merbot tua yg begitu pelan dan Hampir tidak terdengar.
Udin adalah seorang pemuda biasa pada umumnya, lahir dan besar dipemukiman padat penduduk membuatnya sadar akan kerasnya kehidupan. Rumahnya yang tidak begitu jauh dengan musholla membuatnya sering menghabiskan waktu dimusholla tersebut, sehingga banyak warga menjulukinya "Cicak musholla" .
ketika datang waktu sholat dengan sigap dia mengambil gagang mic lalu mengumandangkan adzan.
Tanpa disadari amalan adzan yang sering dia lakukan membuatnya mudah menjalani hidup. Rezeki pun mengalir bagaikan air dan namanya kini mulai dikenal orang banyak. Ujian pun datang bagi seorang yg dicintai sang pencipta dan hanya sabar yang membuatnya semakin dicinta.
Namun seiring waktu berjalan dia mulai melupakan adzan yang mengangkat derajatnya ketempat yang sama dengan bilal bin rabah.
Waktu itu hampir tengah malam ketika seorang ustadz bercerita tentang betapa rindunya Masyarakat dengan suara keras dan lantang yang bisa membuat hati bergetar dan selalu mengingat akan kewajiban sholat dan terbirit-biritnya syaitan laknat.
Cerita si udin ini hanya gambaran betapa masyarakat yang kini larut akan kesibukan dalam hati kecil mereka ingin diingatkan akan kewajiban yang akan membawa mereka kepada kebaikan, dalam hal ini perintah sholat lima waktu.
MUADZIN YANG TERKUBUR
Label:
cerpen
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar